Desa yang terletak di kaki gunung Muria ini, sangat dikenal dengan hasil pertaniannya berupa Tebu, Kencur dan Laos. Tak tanggung-tanggung, komoditi Desa tersebut telah menembus pasar nasional, dengan di kirim ke sejumlah Kota di Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Desa Cranggang yang terletak di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus ini, menyimpan sebuah kisah kebhinekaan yang mendalam. Bahkan asal usul Desa ini begitu syarat akan kisah bhineka tunggal ika.

Dikisahkan, pada zaman dahulu daerah tersebut masih berupa hamparan tanah yang luas, tanpa diketahui batas-batas wilayahnya. Karena belum memiliki batas wilayah, munculah sebuah persengketaan antar penduduk di Desa tersebut. Dari persengketaan tersebut, terbentuklah dua buah kubu yakni kelompok utara dan selatan. Persengketaan tersebut berbuntut pada munculnya sejumlah pertikaian, sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat.Sejumlah penyakit menular pun mulai mengintai penduduk di daerah tersebut. Hingga tibalah seorang mubaligh yang bernama Syekh Abdur Rohman, yang berhasil membebaskan penduduk dari penyakit menular tersebut.

“Ada beberapa versi tentang asal usul Syekh Abdur Rohman. Versi pertama menyebutkan jika ia merupakan murid dari Sunan Muria. Versi kedua mengatakan, jika ia adalah murid dari Syekh Hasan Sadli dan ada pula yang menyebutkan bahwa ia adalah mubaligh asal luar daerah,” kata Staff Pemerintahan Desa Cranggang, Yunus, Kamis (05-04-2018).

Kedatangan Syekh Abdur Rohman seperti membawa angin segar bagi masyarakat daerah tersebut. Perlahan masyarakat mulai mengenal agama Islam dan mampu meredam persengketaan yang terjadi. Dari situ, munculah sebuah nama Desa Cranggang, yang diambil dari kata crah yang bermakna persengketaan dan berganggang yang berarti persatuan yang kuat. “Secara keseluruhan nama cranggang dimaknai sebagai sebuah daerah yang sering terjadi perselisihan. Meskipun begitu, persatuan dan kesatuan masyarakatnya begitu kuat.” pungkasnya. (NNC/RM)

Categories:

Tags:

Bagikan ke Media Sosial